Kamis, 03 Januari 2013

Pride and Prejudice


Story about Elizabeth Bennet and Mr. Darcy
 

Mengawali tahun 2013, saya yang secara reguler mengunjungi toko buku terdekat, menemukan sebuah buku yang saya dengar -katanya-  selama lebih dari 150 tahun tetap menjadi salah satu novel Inggris terpopuler. Bahkan saking populernya, buku ini sudah difilmkan pada tahun 2005, yang diperankan oleh  Brenda Blethyn, Donald Sutherland, Judi Dench, Keira Knightley, Matthew MacFadyen.

Masak iya sih?

Karena penasaran - saya yang tadinya berniat membeli buku hobbit the unexpected journey - akhirnya memilih untuk membeli buku yang Anthony Trollope bilang Miss Austen merupakan penulis yang luar biasa, yang melakukan segalanya dengan hebat, hingga saat ini karyanya sama sekali tidak tercela.

Wah, makin penasaran saya, akhirnya dengan mantap saya mengeluarkan kocek yang tidak lebih dari seratus ribu rupiah -harga tepatnya saya lupa :)- agar bisa membawa pulang buku tersebut.

Sesampainya saya dirumah dengan mengabaikan keinginan anak bungsu saya yang berusia 20 bulan -Taqi-  untuk bermain, saya masuk ke dalam kamar dan mulai membaca karya Jane Austen. 

 Kisahnya sendiri diawali dengan  keinginan Mrs. Bennet untuk berkenalan dengan Mr. Bingley, tetangga yang baru menyewa Netherfield. Ada maksud tersembunyi dari Mrs. Bennet untuk berkenalan dengan Mr. Bingley, yaitu keinginan untuk menikahkan  Jane Bennet salah satu dari ke-5 anak perempuannya dengan pria tampan, menarik dan kaya tersebut.

Dimulai dengan pesta dansa yang diadakan untuk menyambut Mr. Bingley dan dua saudara perempuannya serta ipar dan temannya Mr. Darcy, akhirnya kisah Elizabeth Bennet -anak perempuan kedua Mr. dan Mrs. Bennet-  dan Mr. Darcy di mulai. eng..ing..eng...

Pertemuan pertama Elizabeth dengan Mr. Darcy memang tidak seindah pertemuan pada pandangan pertama dalam sinetron-sinetron kita. Dimata Elizabeth, Mr. Darcy tidak pernah menjadi sosok yang mempesona. Baginya laki-laki itu angkuh, sombong dan menyebalkan. Elizabeth membenci tatapannya yang merendahkan, cara bicaranya yang meremehkan dan segala hal tentang bangsawan kaya raya itu. Kebencian itu bertambah ketika  Elizabeth mengetahui bahwa Mr. Darcy telah melakukan hal yang menurutnya tidak dimaafkan.   

Butuh waktu lama bagi Elizabeth untuk memahami sisi lain Mr. Darcy dan menerima kenyataan akan kebaikan yang tersembunyi. Dan, ketika akhirnya Elizabeth menyadari perasaannya pada Mr. Darcy telah  berkembang menjadi cinta, dia pun jadi ragu akankah dia bisa menebus prasangkanya yang sangat buruk pada Mr. Darcy, lalu akankah cintanya yang baru tumbuh itu menjadi sia-sia?

Finally,  seperti kisah-kisah roman lainnya, Elizabeth Bennet dan Mr. Darcy pun menikah dan terpakailah kalimat Happily ever after  :)

Pertama kali saya membaca buku tersebut, saya belum memahami alur ceritanya dan konflik apa yang terjadi, hingga Elizabeth Bennet begitu bencinya dan berprasangka buruk terhadap Mr. Darcy. Ouchh, ternyata salah  satu kebencian Elizabeth kepada Mr. Darcy yang menurutnya tidak dimaafkan, adalah pengabaian Mr. Darcy terhadap Elizabeth Benneth di pesta dansa.  -pada ukuran tahun 1770-an, tidak di ajak dansa oleh seorang pria yang berdekatan dengannya merupakan hal yang tidak dimaafkan- kalau di abad 21, hal tersebut pasti ditanggapi dengan "emang gw pikirin?' atau "gitu aja kok repot"  :)
 Saya  sendiri butuh dua kali membaca karya Jane Austen supaya bisa sependapat dengan  komentar Virginia Wolf, Anthony Trollope dan Sir Walter Scot yang tertera di belakang buku tersebut. Dan pada akhirnya, saya menyetujui bahwa pada saat itu, Pride and Prejudice merupakan karya yang hebat, walaupun menurut pendapat saya pribadi yang hidup di era milenium,  alur ceritanya  lambat, tidak ada konfliks yang klimaks dan karakter para tokoh yang digambarkan oleh Jane Austin tidaklah sekuat karakter yang digambarkan oleh Alexander Ripley dalam bukunya Scarlett. Namun, meskipun demikian, Jane Austen cukup cerdas dalam membuat narasi dalam buku, ada narasi Jane Austen yang saya sukai bahkan saya share dalam fb saya  "... karena aku keras kepada, aku tidak akan mundur gara2 gertakan orang lain. keberanianku justru selalu melambung setiap kali ada upaya menakut-nakutiku"  - saya banget deh hehehehe...-


But anyway ....... buku ini cukup menghibur kok. Gak percaya?  coba deh baca. :)  
Detail buku:
“Pride and Prejudice”, oleh Jane Austen
585 halaman, diterbitkan Februari 2011 oleh Qanita (Mizan Group
)

  







Tidak ada komentar:

Posting Komentar